Maba dalam Kemelut Pandemi

 

           Sang surya sudah menyapa dari ufuk timur. Burung-burung bertengger di ranting pohon cemara. Suara ayam  yang berkokok yang saling bersahutan memberi tanda bahwa hari sudah pagi. Dengan berjalan gontai aku menuju ke kamar mandi untuk mempersiapkan diriku menghadapi ujian sekolah yang harus dilaksanakan di rumah. Siapa sangka virus yang awalnya ada di Wuhan, China ini kini sudah berada di Indonesia. Rasanya apa yang terjadi layakanya seperti mimpi hari-hari terakhirku menikmati masa putih abu-abu harus kulalui di rumah hanya bersama gawai.

          Waktu terasa berjalan begitu cepat ketika pandemi. 20 Maret 2020 adalah hari yang paling aku tunggu. Karena hari ini adalah pengumuman hasil SNMPTN ( seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri ). Setelah UN dibatalkan karena pandemi aku sudah resmi lulus dan kini aku berharap bisa lolos SNMPTN pada kampus yang aku harapkan. Aku selalu berdoa dan meminta restu pada orang tuaku supaya diberikan kemudahan.

“ Bu Rini minta doanya ya, hari ini pengumuman SNMPTN,” ucap aku meminta doa restu pada ibuku.

“ Ya Rin, semoga kamu lolos ya Ibu selalu mendoakanmu. “

          Tepat pukul 15.00 dengan perasaan waswas dan iringan doa aku membuka pengumuman di layar gawaiku.  Tampak warna hijau di layar gawai dengan rasa bangga dan tak percaya aku benar- benar lolos di kampus yang telah aku impikan sekian lama. Menjadi mahasisiwa adalah hal yang sudah aku impikan selama ini dan kini aku sudah berada di posisi itu. Ketika SMA aku selalu belajar bersungguh-sungguh agar nilaiku tetap stabil dan bisa lolos SNMPTN. Akhirnya impian itu bisa terwujud saat ini.

           Hari demi hari telah berlalu, menjadi mahasiswa yang aku impikan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Ketika menjadi mahasiswa baru aku berekspektasi akan mengikuti PKKMB yang seru, melihat gedung-gedung kampus yang menjulang tinggi serta bertemu dengan teman-teman baruku. Semua harapan- harapan itu seketika kandas karena pandemi. Aku hanya bisa berdiam diri di rumah dengan kuliah daring tanpa bertatap muka secara langsung dengan teman- teman baruku. PKKMB terasa sangat membosankan karena seharian harus melihat layar laptop mata menjadi sangat perih dan minusku pasti berpotensi bertambah.

          Pukul 07.00 aku bergegas untuk persiapan kuliah setelah membantu ibu mencuci piring dan menyapu rumah. Aku membuka laptop dan menekan tombol power di pojok kanan atas. Setelah laptop menyala aku mengecek group  di gawaiku. Belum ada pesan di, link zoom juga belum dibagikan. Setelah ku amati ternyata koneksi internetku yang bermasalah.

“ Aduh Bagaimana ini, padahal hari ini aku ada presentasi, “ ucapku sambil panik.

“ Coba minta tolong sama tetangga sebelah Rin, siapa tahu bisa bantu,” saran ibu setelah mendengar masalahku.

           Aku berjalan tergopoh-gopoh dengan membawa laptop dan gawai yang berada dalam genggaman. Dengan rasa tidak enak hati aku akhirnya meminta tolong tetanggaku. Akhirnya aku bisa mengikuti presentasi walaupun harus keluar masuk zoom karena koneksi internet yang kurang stabil. Aku sedikit kurang enak hati jika harus meminta bantuan tetanggaku karena ketika zoom kuota yang dibutukan cukup banyak. Tapi mau bagaimana lagi aku, tidak  memiliki pilihan lain apalagi rumahku berada di pelosok desa dan  sinyalnya terkadang kurang mendukung.

        “Akhirmya perkuliahan hari ini sudah selesai” gumamku sambil meletakkan laptop di meja. Aku merebahkan badanku sebentar di kasur kamarku untuk beristirahat. Suara azan sayup-sayup terdengar dari  sudut surau. Tak sengaja aku sudah tertidur selama dua jam. Jari-jariku meraih gawai yang berada di samping bantal tidur. Terlihat pesan dari temanku yang mengingatkan bahwa ada deadline tugas nanti malam pukul 23.59. Sontak aku kaget dan segera bangun dari tempat tidur.

        Menjadi mahasisiwa baru ketika pandemi ini memang sangat membingungkan bagiku. Aku belum tahu sepenuhnya bagaimana sistem pembelajaran di bangku perkuliahan. Sampai- sampai ada tugas yang sudah 5 hari yang lalu diberikan akupun tidak tahu. Kalut marut pikiranku memikirkan tugas yang belum aku pahami sama sekali. Padahal tenggat waktu pengerjaan tinggal beberapa jam lagi.

        Perlahan-lahan aku menenangkan pikiran dan berusaha memahami tugas. Lembar demi lembar buku sudah kuamati dengan teliti untuk mencari jawaban. Aku juga mencari sumber referensi lain di Internet untuk melengkapi jawabanku. Waktu terus berjalan deadline sudah di depan mata. Tepat puku 23.00 aku sudah menyelesaikan tugasku walaupun tidak maksimal karena dikejar- kejar deadline akhirnya aku mengumpulkanya.

       Menjadi mahasiswa baru dalam kemelut pandemi memang membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk bisa beradaptasi. Walaupun begitu, inilah jalan yang sudah aku pilih dan aku harus mempertanggung jawabkannya. Sudah banyak uang yang dikeluarkan orang tuaku untuk membiayaiku. Mereka akan sangat kecewa jika aku tidak bersungguh-sungguh dalam menjalani kuliahku ini. Bapak dan ibu selalu memberikanku semangat agar aku tidak menyerah.

       8 Agustus 2020 pemerintah resmi mengumumkan new Normal atau Era kenormalan baru. New normal  merupakan perilaku untuk menjalankan kebiasaan seperti biasa namun tetap menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Di era kenormalan baru ini aku seperti tidak mengalami perubahan apapun. Tetap melakukan perkuliahan di rumah dan belum bisa bertatap muka secara langsung dengan teman- temanku. Entah sampai kapan hal ini akan berlanjut.

         Tak terasa pandemi sudah satu tahun lebih di negeri ku tercinta. Aku yang dulu masih belum mengerti bagaimana sistem pembelajaran di bangku perkuliahan perlahan mulai memahaminya. Kuliah daring di masa pandemi ini mungkin memang sudah menjadi solusi terbaik hingga kondisi menjadi kondusif.  Aku hanya bisa selalu berdoa semoga kondisi lekas membaik, bisa hidup kembali normal tanpa ada embel-embel new normal. Menikmati keadaan dan mensyukuri apa yang terjadi hari ini mungkin akan membuat kondisi lebih baik hingga nanti bisa menceritakan keadaan ini di kemudian hari.


# UTS Menulis 1 April 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar